Kuliah Pertama UJB: Kecerdasan Spiritual Dalam Dunia Modern

05/09/2005 11:20

Kebangsaan merupakan sebagai nilai terhadap kecintaan kepada bangsa dan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, ini merupakan sebagai salah satu iman dan Religius adalah wujud dari seseorang yang menjalankan semua perintah dan larangan-laranganNya, yang merupakan nilai ketaqwaan. kata Drs. Hamrolie Harun, M.Sc yang disampaikan pada awal pembukaan Kuliah Umum Universitas Janabadra Yogyakarta (UJB) di Auditorium Kampus Jl Tentara Rakyat Mataram 57 pad hari Sabtu (3/9).

Di era yang semakin maju ini, diperkirakan di Indonesia sudah banyak pengidap sakit jiwa atau penyakit patologi. Bahkan menurut dosen Fak Ekonomi UJB Drs H Hamrolie Harun MSc, ada yang berani mengatakan, satu dari setiap lima orang mengidap sakit jiwa. Namun penyakit tersebut mempunyai tingkatan yang berbeda, mulai ringan sampai berat. Menurutnya, walaupun penduduk Indonesia telah beragama, keberagamaan mereka baru pada tahap ritualitas, bukan spiritualitas.

Berbicara dengan tema "Kecerdasan Spiritual dan Kesuksesan", Pak Ham yang sehari-hari juga mengasuh Majelis Pengajian Mujahadah Al-Fatah ini menjelaskan mengenai yang dimaksud dengan penyakit spiritual patologi.Mengutip pendapat Michael Persinger,seorang ahli ilmu jiwa, orang yang hanya mampu melakukan sesuatu untuk kepentingan diri sendiri secara terus menerus akan mengalami penyakit spiritual patologi. Hal ini disebabkan oleh sesuatu yang telah dia capai, yang ternyata tidak memberikan tambahan kepuasan seperti yang diharapkan.

Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan utuk melakukan kegiatan tidak semata-mata kepentingan sendiri tetapi lebih memperhatikan kepada kepentingan banyak orang. Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual semakin tinggi akan dapat meningkatkan kepuasan menjadi lebih tinggi. Ini berbeda dengan teori Gosen yang sangat terkenal dalam ilmu ekonomi, yaitu adanya tambahan kepuasan yang semakin kecil dapat mengakibatkan total kepuasan yang semakin menurun jika jika kebutuhan itu ditambah terus.

Karena itu pada akhirnya banyak orang yang sudah sukses dalam usahanya kemudian mencari kepuasan spiritual. Mengenai hal ini banyak contohnya. Antara lain pendiri perusahaan Honda Soichiro, yang mempunyai 43 perusahaan raksasa di 28 negara, ia mengeluarkan harta kekayaannya untuk kesejahteraan karyawannya, masyarakat lingkungannya, sampai-sampai tidak punya harta pribadi. Rumahnya juga sederhana dan tidak meninggalkan warisan harta kepada anak-anaknya, kecuali ilmu.

Kemudian Pemilik perusahaan Kyoto Ceramics, perusahaan besar di jepang yang memiliki konsep 400 juta US$ dan keuntungan 12% setelah pajak. Hidupnya juga sederhana, karena banyak mengeluarkan dana untuk sosial. Seorang pengusaha besar lainnya seperti Konosuke Matshushito, mengatakan hidup bukan hanya untuk roti. Artinya, hidup ini bukan hanya untuk mengejar dunia semata.

Salah satu contoh lain yang disebutkan adalah Bill Gates, pemilik Microsoft, perusahaan raksasa di bidang software komputer, juga selalu menafkahkan 40% dari penghasilan bersihnya.

Sumber : http://trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=8&news_id=101

0 komentar :

Terima kasih atas kunjungannya...:)

Copyright © 2019 Pengajian Mujahadah Al Fatah and Blogger Templates - Anime OST .